Fast Food atau Junk Food? Nggak deh!!!

Fast food. Junk Food. Waw, dari namanya aja sudah bergengsi. Tapi, apa gizinya juga bergengsi?

Fast food secara harafiah artinya adalah makanan cepat saji. Fast food yang kini ngetop bagi remaja adalah yang biasa ada di mall-mall, seperti KFC, McDonalds, pizza, hamburger, spageti, hot dog, dan lain-lain. Akan tetapi, sederet makanan ini akan kehilangan gengsi bila dilihat dari nilai gizinya. Makanan fast food mengandung kadar lemak jenuh yang berlebihan karena unsure hewaninya lebih banyak dibanding unsure nabati. Makanan fast food juga kurang serat, kurang vitamin, dan terlalu banyak sodium.

Ketika kamu makan makanan fast food, KFC misalnya, kamu juga akan disuguhi dengan minuman ringan atau istilah kerennya soft drink. Soft drink juga tidak baik karena dapat menyebabkan peningkatan sekresi asam urat dan menyebabkan kerapuhan gigi karena kandungan gulanya.

Memang fast food adalah makanan dengan bahan-bahan bergizi tinggi, akan tetapi proses pengolahannya serta penyajiannya membuat makanan fast food kehilangan nilai gizi. Meminjam istilah Pak Djoko Pekik Irianto yang menulis buku Panduan Gizi Lengkap, “Fast food adalah makanan tinggi gizi yang tak seimbang.”

Lalu junk food. Tahukan kamu, apa arti junk food? Junk food justru berarti makanan sampah. Junk food banyak kita temukan pada makanan ringan atau snack yang terbuat dari umbi-umbian, kentang, atau jagung yang dibuat chips atau serupa kripik. Junk food merupakan penyebab utama anak-anak dan remaja malas makan. Karena asupan energi kamu sudah terpenuhi oleh makanan dari junk food yang memang memiliki kalori tinggi. Akan tetapi, makanan jenis ini memiliki kadar vitamin dan protein yang minim sekali, mendekati tidak ada. Oleh sebab itulah, memakan makanan junk food tidak dianjurkan oleh para ahli kesehatan dan ahli gizi.